Tetapi diantara 10 orang tua yang memiliki anak yang mengalami masa transisi tersebut, cuma 4 orang saja yang menyadari bahwa sudah sepatutnya anak tersebut ditempatkan pada posisinya sebagai seorang remaja dan bukan hanya itu saja yang harus dilakukan oleh orangtua untuk menghadapi anaknya yang sedang mengalami masa transisi adalah lebih banyak mengajarkan sesuatu yang seharusnya mereka dapat pada usia mereka dan tentunya memberi pengawasan yang extra sebab jiwa mereka masih labil dan sangat sensitif jika mereka mengalami masalah. Tetapi pengawasan itu jangan terlalu berlebihan dan terlalu mengikat anak itu sendiri sebab seorang anak remaja berbeda dengan anak yang masih duduk di bangku TK atau SD.
Mereka cenderung mencari jati diri mereka yang sebenarnya dan apabila terlalu dikekang maka mereka akan menjadi seorang pemberontak yang pada akhirnya mereka menjadi seseorang yang tidak dikenal lagi oleh orangtuanya. Mereka itu ibarat kulit ari yang jika terlalu ditarik maka akan rusak dan jika para orangtua tidak menginginkan anaknya menjadi seperti itu maka berilah mereka pengertian dengan cara yang halus untuk memperingatkan mereka tentang apa yang akan dihadapi oleh mereka. Secara kasarnya bahwa para orangtua juga harus ingat bahwa segala sesuatu yang anak mereka alami tentunya pernah mereka alami juga pada saat mereka masih muda dan mengalami masa transisi tersebut. Dan tentunya para orangtua tersebut pernah mengalami banyak hal pada saat itu. Oleh sebab itu maka seperti yang dikatakan tadi bahwa sebaiknya menggunakan cara halus untuk mengingatkan anak mereka agar hubungan antara orangtua dan anak tetap terjaga baik dan tentunya anak akan selalu menghormati orangtuanya.
Dalam kehidupan sehari - hari sering ditemukan banyak orangtua yang sering memberikan ancaman kepada anaknya jika melakukan suatu hal yang menurut orangtua akan membahayakan diri anaknya sendiri. Contohnya :
Seorang ayah yang merupakan pecandu rokok melarang anaknya yang masih remaja untuk merokok. Dan disuatu saat ayahnya menangkap basah anaknya sedang merokok di dalam kamarnya. Dengan sangat emosi akhirnya ayahnya langsung memarahi anak tersebut dan memukul anak tersebut. Dan dalam kemarahannya, ayah tersebut langsung mengatakan bahwa, " kamu sadar bahwa sebenarnya rokok itu adalah sebuah ancaman dan itu tidak baik bagi kesehatan ". Tanpa disadari bahwa dalam pernyataan sang ayah terdapat sebuah kesalahan yang sangat besar. Ia mengajarkan kepada anaknya untuk tidak merokok sedangkan dirinya pecandu berat. Apakah ayahnya sadar bahwa dalam otak anaknya tersebut sedang berpikir bahwa kenapa ayah boleh sedangkan saya tidak?. Seharusnya orangtua menjelaskan dengan cara halus bukan dengan kekerasan karena itu hanya akan memberi jarak antara anak dan ayah. Apalagi anaknya sedang mengalami masa transisi maka mereka akan menjadi semakin liar dan berbeda dari yang mereka kenal. Banyak cara untuk menjelaskan kepada anak. Salah satunya adalah memberikan pengertian kepada mereka bahwa jika ia ingin merokok sebaiknya tunggu sampai ia sudah memiliki penghasilan sendiri sebab jika ia sudah mendapatkan penghasilan sendiri maka orangtua tidak akan melarangnya dan tentunya tidak menggunakan amarah ataupun kata - kata kasar. Dalam proses tersebut suatu saat anak akan mencapai posisi sebagai orang yang dewasa dan tentunya mereka akan lebih memahami bahaya merokok dibanding menjelaskan pada saat anak masih berusia remaja. Pada posisi ini memang orangtua tidak bersalah karena mereka tidak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi pada anak mereka. Tetapi jika statetment yang dikeluarkan bahwa merokok itu berbahaya bagi tubuh anak maka orangtua bersalah sebab dirinya sendiri yang seharusnya menjadi panutan justru memberikan contoh kepada anaknya bahwa merokok itu bukanlah suatu hal yang berbahaya melainkan sebagai tanda bahwa seseorang telah dewasa. Dan pada saat itulah anak menjadi berpikir bahwa jika ia merokok maka ia akan menjadi seorang yang dewasa sebab orang dewasa pasti akan dihormati dan diperhitungkan juga keberadaannya.
Selain itu masih ada contoh lagi kesalahan orangtua dalam mendidik anak remajanya. Contohnya, seorang anak menganggap bahwa orangtuanya adalah contoh yang harus diteladani. Dan apa yang dilakukan oleh orangtua akan menjadi suatu ajaran bagi anaknya bahkan dapat membentuk anak tersebut menjadi seseorang yang bisa dikatakan menjadi mirip kelakuannya 40%. Dalam hal ini diingatkan sekali lagi bahwa seorang anak remaja masih memiliki jiwa yang labil dan mereka masih membutuhkan didikan dari orangtuanya. Jika suatu saat terjadi beda pendapat antara ayah dan ibu maka yang harus dilakukan oleh mereka adalah menyelesaikan masalah itu dengan damai dan tentunya tidak memp[erlihatkan hal tersebut kepada anak mereka sebab jika sebuah masalah RT diselesaikan dengan kekerasan dan anaknya melihat hal tersebut maka secara tidak langsung anak tersebut akan menjadi trauma dan mereka akan menjadi seorang anak yang broken home dan semakin liar. Dalam kasus ini anak bukan hanya sekedar trauma atas tindakan yang orangtua mereka lakukan tetapi mereka juga akan selalu mengingat kejadian tersebut dan mereka akan membenci dengan sosok sang ayah yangmana seharusnya menjadi sebuah tauladan dalam kehidupan keluarganya. Dan anak yang terbentuk dalam keluarga broken home akan selalu melakukan hal - hal yang selalu meresahkan bagi orang - orang disekitarnya. Dengan kata lain mereka akan selalu terlibat dalam perkelahian, sering mengkonsumsi minum - minuman keras, bahkan mengkonsumsi obat - obatan terlarang.
Di zaman yang serba maju ini maka para orangtua tidak bisa memaksakan anak untuk menjadi seperti yang mereka alami dulu. Mungkin cara ajaran orangtua zaman dahulu itu bisa diterima oleh anak - anak zaman dahulu tetapi para orangtua juga harus sadar bahwa dunia ini terus berputar dan perubahan itu selalu ada. Itulah yang membedakan anak zaman dahulu dan zaman sekarang. Di zaman sekarang ini jika orangtua ingin memberitahu anak bahwa perbuatan anaknya salah maka orangtua harus melakukannya dengan cara yang jitu dan tentunya dapat membawa anak ke suatu perubahan yang baik. Jika anak masih membangkang justru disitulah orangtua sedang diuji oleh Tuhan, dan sekarang tergantung orangtua dapat melalui ujian tersebut atau tidak??.
Maka pada kesimpulannya ditegaskan skali lagi bahwa orangtua sudah seharusnya memahami apa yang harus mereka lakukan dalam mendidik anak agar anak tidak lari dari garis batas harapan orangtua. Apalagi anak yang baru menginjak usia remaja dimana emosinya masih labil dan cenderung mencari jati dirinya. Anak - anak seperti itu sudah seharusnya dihadapi dengan lembut dan penuh kasih sayang tanpa harus melakukan kekerasan terhadap mereka sebab itu hanya akan membuat jarak antara anak dan orangtua. Dukunglah apa yang dilakukan anak jika yang dilakukannya masih dalam taraf positif sebab jika mereka tidak didukung maka mereka akan putus asa dan mereka akan merasa sangat membenci orangtuanya meskipun maksud dan tujuan dari orangtua adalah demi kebaikan anak itu sendiri. Semua yang dilakukan oleh orangtua itu betul - betul harus dilakukan dengan kelembutan sebab jika batu dilawan dengan batu maka tidak akan ada hasil yang akan ditemukan. Oleh sebab itu para orangtua harus benar - benar kritis dalam menjaga anak - anaknya yang sedang mengalami masa remaja mereka dan jika ingin memberikan batasan maka harus dengan batasan yang diperhatikan sebaik - baiknya sebab anak remaja jika terlalu diikat dengan aturan - aturan maka mereka akan merasa bahwa kebebasan mereka sudah dirampas dan itulah awal dari semua yang akan terjadi kebelakangnya. Dimana dari rentetan kejadian tersebut akan ditemukan pecahnya hubungan antara anak dan orangtua, anak menjadi sangat liar dan anak sering salah mengartikan arti dari kebebasan itu sendiri.